SEBELUM
punya si Nenen ini, tunggangan saya kemana-mana adalah Astrea Grand
Impressa keluaran '97. Kalau diingat-ingat lagi sekarang, saya agak
menyesal juga telah menjualnya. Lebih-lebih ketika melihat seorang
teman masih merawat Honda Prima-nya walau sudah punya si Jupiter dari
Yamaha.
“Aku
bisa punya Jupiter ini juga karena si Prima,” ujarnya. “Jadi,
sebagai rasa terima kasih, aku tidak akan menjual kendaraan yang
kumiliki pertama...”
Tentu,
kenapa saya menjual si Grand ada pertimbangannya. Selain ia bikin
rumah yang sempit jadi sesak, juga (ini yang utama) karena saya waktu
itu lagi butuh duit.
Tentang
kenangan bersama si Grand, jangan ditanya. Ada banyak sekali. Dari
yang mogok karena kebanjiran, gara-gara cop busi yang rusak, atau ban
kempis di tengah bulak (persawahan yang jauh dari perkampungan).
Sekarang, sekali lagi, kalau mengenang itu, duh sayang sekali....
Sebagai
kendaraan tua, rewel ini-itu bahkan pernah sampai turun mesin, adalah
hal lumrah. Dan di situ itulah seninya. Dibanding, misalnya, si Nenen
ini yang karena terbilang baru, jarang sekali ada keluhan.
Tetapi,
tentang rasa senasib antar sesama pengguna kendaraan, tiada yang
mengalahkan satu jiwanya pemilik Vespa. Seorang teman yang memiliki
'tunggangan kebangsaan' berjenis Vespa kepada saya sempat berucap,
“Walau tidak kenal, ketika Vespa saya ini mogok di suatu tempat,
ketika ada pengendara Vespa lain, pasti akan berhenti, menolong. “
Itu,
kalau benar ceritanya, sungguh tak saya alami kala dulu si Grand saya
mogok. Walau ada beberapa pengendara yang menunggang Grand, tak satu
pun dari mereka yang berhenti untuk, paling tidak, sekadar bertanya
'kenapa', misalnya.
Cerita
teman itu makin saya percaya ketika di sebuah program dokumenter yang
ditayang MetroTV beberapa hari yang lalu mengangkat kisah Satu Vespa
Sejuta Saudara. Digambarkan di situ betapa antar sesama Scooterist
(begitu pengendara Vespa menyebut dirinya) erat sekali hubungannya.
Tak kenal tapi bila mendapati seseorang mengendarai Vespa, di mana
pun tempatnya, itu telah dianggap sebagai saudara.
Entahlah,
atas cermin dari para Scooterist itu, apakah sesama pengguna SupraX
mempunyai itikat untuk membuat hal yang sama. Seraya (walau latah
meniru slogan milik mereka) menebar semangat; Satu Supra Sejuta
Saudara. *****