HARI itu tanggal 22 Juni 2013.....
“Sudah selesai, Pak,” kata teknisi sambil menuntun si Nenen keluar bengkel. Seperti biasa, langkah selanjutnya si teknisi mencoba barang seratus atau duaratus meter melajukan si Nenen.
“Sudah selesai, Pak,” kata teknisi sambil menuntun si Nenen keluar bengkel. Seperti biasa, langkah selanjutnya si teknisi mencoba barang seratus atau duaratus meter melajukan si Nenen.
Sementara itu, saya menuju kasir untuk
menyelesiakan pembayaran. Total jenderal yang harus saya bayar untuk
biaya service, ganti oli, ganti 2 seal klep, ganti busi adalah
delapan puluh enam ribu rupiah.
Setelah menyelesaikan pembayaran, saya
menuju depan bengkel yang terletak di seberang Carrefour yang disitu
telah menunggu si teknisi yang telah balik dari menjajal Si Nenen.
“Kalau cocok, lain kali kalau bapak kesini lagi bapak bisa meminta
kok,” kata teknisi yang dari kuitansi pembayaran kemudian saya tahu
namanya Adi.
Sebuah tawaran yang berarti juga
menawarkan diri. Tetapi tadi saya lihat cara kerja ia memperlakukan
si Nenen tidak sama dengan teknisi AHASS lain yang pernah saya kunjungi.
Ia hanya melepas beberapa sekrup dan tidak membuka byak
penutup mesin. Dengan diungkit sedemian rupa, ia membuka karburator
untuk dibersihkan, termasuk menyetel ulang klep dan mengganti busi.
Sekalipun cara kerja si Adi demikian,
sekalipn kurang sreg, sama sekali saya tak menaruh curiga. Sampai
kemudian, saya tahu seal klep yang sudah diganti malah bocor
lebih parah. Yang sebelumnya hanya ngembes tak terlalu deras,
setelah ganti klep baru, ketika semlam saya parkir, sudah ada tetesan
oli di lantai rumah.
Padahal untuk kembali ke AHASS yang
sama saya sudah tak ada waktu lagi. Bukannya sok sibuk, dalam dua
minggu setelah itu tiada hari siang yang lowong. Padahal, untuk
komplain ke AHASS itu, saya pernah dikasih tahu hanya bisa dilayani
paling lama dua minggu setelah hari service.
Maka, setelah lima belas hari dan si
klep makin deras, saya bawa saja si Nenen ke bengkel kecil.
“Wah, kepala baut sudah pada gundul
ini,” keluh teknisi yang sudah lumayan tua itu.
Lebih lanjut ia menduga, mungkin
sebelumnya baut penutup klep sudah pernah dibuka paksa pakai kunci
yang juga sudah gundul sudut-sudutnya. Selain itu, masih menurut
teknisi yang oleh temannya dipanggil Mbah ini, membuka baut di kala
kondisi masih panas memang bisa membuat kelapa baut menjadi
kehilangan sudut-sudutnya. Dengan kondisi mesin yang baru dipakai
perjalanan lumayan jauh, logam-logam itu sedang dalam taraf memuai.
Jadi, langkah terbaik sebelum mebuka baut adalah menunggu beberapa
saat sampai logam itu lumayan dingin.
Saya mendesah dalam hati; inilah
repotnya kalau hanya bisa menaiki si Nenen tetapi tidak mempunyai
kemampuan yang lumayan dalam merawat kendaraan.
Syukurlah, lewat tangan telaten si
Mbah, setelah mengganti (lagi) seal klep plus biaya pemasangan
seharga sepuluh ribu rupiah, si Nenen tidak lagi ndredes
olinya dari tutup klep. Dalam hal ini kemudian saya membuat simpulan;
bahwa tidak semua teknisi berkelas AHASS itu berkualitas. *****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar